Hari minggu kemarin aku ke beberapa pantai, salah satunya pantai Baron. Susasana sangat ramai dan waktu udah menjelang sore. Aku berjalan sendiri menuju tempat perahu-perahu menyebrangkan wisatawan ke sisi sebelah sungai. Pantai Baron memang terbelah oleh sungai yang berasal dari sungai bawah tanah.
Mataku melihat ada wanita muda duduk sendirian di trap undakan yang menuju ke pantai. Sungguh aneh sekali batinku, kenapa bisa ada cewe sendirian di tempat ini, seems impossible.
Akupun menuju ke tanggul yang ada di dekat mulut keluar sungai bawah tanah, di situ bisa melihat sekitar dengan lebih leluasa. Aku melihat ke arah mulut sungai bawah tanah, tiba-tiba cewe yang tadi mendekat di sampingku. He? What? dia melihat-lihat ke arah bawah. “Hmm, ini kenapa sih orang”, batinku, “Kalau mau kenalan ama aku kan sangat tidak mungkin.” Setelah beberapa saat diapun turun melalui titian kayu.
Diapun kemudian jongkok sendirian di tepi titian kayu itu. Selang beberapa saat ada cowo membawa anak balita mendekatinya, bajunya kembar dengan si cewe. Oh, make sense sekarang, ternyata tidak sendiri.
Akupun melanjutkan aktivitasku yaitu tidak ada ?. Ya cuma memadang sekitar, menikmati suasana, sesekali merekam arah perahu ataupun memfoto ke arah pantai.
Dari posisi ini, sangat mudah mengamati orang lain. Tak ayal akupun sengaja atau tidak, melihat pasangan yang tadi yang sepertinya sedang berselisih. Si cewe, pergi-pergian meninggalkan si cowo. Si cowo kebingungan mau menjaga si anak yang sedang main sendirian, ataukah mengejar menarik kembali si cewe. Sampai ada satu ketika si cewe pergi ke sisi lain, dan si cowo meninggalkan si anak bermain sendiri di tepi sungai untuk mengejar si cewe. Weh, ada peristiwa serius di antara keduanya ini.
Waktu semakin sore akupun harus beranjak kembali. Masih sempat aku lihat mereka belum baikan, si cewe masih pergi-pergian, sepertinya masih ada masalah di antara mereka. Kemudian si cowo sepertinya harus memandikan si anak. Dan si cewe-pun duduk sendiri, di trap tangga. Dia tampak seperti ada ada beban di pikirannya, pandangannya pun seperti kosong menerawang.
Tiba-tiba aku berinisiatif, untuk menulis sebuah note dengan tulisan cakar ayamku, semoga terbaca. Isinya kurang lebih seperti ini:
Yang tenang mbak
Semua bisa diselesaikan
baik-baik
Akupun kembali ke arah parkiran. Kebetulan sekali posisi mbaknya berada di jalanku, sehingga akupun bisa dengan mudah menyerahkan note itu. Aku cuma bilang “mbak” sambil ngulungke note itu. Setelah dia terima aku langsung ngloyor aja untuk pulang, meninggalkan dia sendiri di situ.
Semoga dia baik-baik saja.